BreederKoi

Kultur Kutu Air

Kutu Air adalah nama yang tidak asing dikalangan peternak ikan hias. Untuk menyediakan kutu air bagi keperluan anak ikan, yang paling mudah adalah dengan membelinya di kios ikan hias, akan tetapi apabila pasokan kutu air tidak bisa diandalkan kontinyuitasnya maka membiakkan sendiri kutu air adalah jalan terbaik. Saya sudah beberapa kali mencoba kultur kutu air berdasarkan artikel di majalah atau tabloid dengan menggunakan pellet ikan, tapi karena tidak ditulis secara mendetil caranya maka usaha ini berakhir dengan kegagalan. Ada juga buku yang menulis secara detil, akan tetapi kultur tersebut dilakukan dengan menggunakan kotoran ayam sebagai medianya. Hal seperti ini tidak mungkin saya lakukan. Sampai akhirnya di www.o-fish.com dimuat artikel mengenai Daphnia. Setelah dipelajari dan dilanjutkan dengan beberapa kali tanya jawab dengan Bp. Wahyu Purwakusuma, pada akhirnya, ditemukan juga “slah “ untuk membiakkan kutu air dengan menggunakan susu bubuk sebagai makanannya. Cukup mudah juga sebenarnya. Cara yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

Saya menggunakan ember yang biasa digunakan untuk mencuci pakaian, kemudian isi ember tersebut dengan air separuhnya. Beli kutu air di kios ikan, lalu tuang kutu air tersebut dalam serokan dan cuci(bilas) beberapa kali dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tubuh kutu air. Selanjutnya tuang kutu air tersebut kedalam wadah lain dan biarkan beberapa saat. Pilih (serok) kutu air yang melayang-layang dipermukaan air dalam wadah tersebut sebagai starter atau bibit sedangkan sisanya bisa diberikan pada ikan. 

Masukan bibit kutu air yang telah disiapkan kedalam ember kultur dan beri makanan, yaitu : ½ sendok teh peres (diratakan) susu bubuk. Saya memakai susu bubuk merk Dancow sebagai pakan, bisa juga digunakan susu merk lain bahkan yg lebih murah ). Larutkan susu bubuk tadi dalam ± 200 cc air atau dikira-kira sendiri sepantasnya, lalu aduk sampai semua larut dan merata. Siramkan merata ke ember yang berisi bibit kutu air. Kultur perlu diberi aerasi tetapi tanpa batu aerator dan disetel sedemikian rupa sehingga gelembung udara yang dihasilkan kecil-kecil saja. Pemberian makanan cukup sekali sehari. Ember ditempatkan ditempat yang tidak kena sinar matahari sehingga suhu air dapat bertahan 26º C - 27º C 

Apabila kultur berhasil, maka pada hari ketiga sudah akan terlihat jumlah kutu air tersebut berlipat ganda dari jumlah bibit yang kita masukan semula. Dengan demikian kutu air sudah mulai dapat dipanen. Apabila kebutuhan akan kutu air ini banyak anda dapat membuat kultur dalam beberapa ember sekaligus, atau memakai tempat yang lebih besar.

Kendala yang pernah saya hadapi adalah: setelah 5-6 hari air kultur berubah manjadi coklat keruh dan berbau menyengat seperti telur busuk. Hal ini tampaknya disebabkan oleh makanan yang berlebihan sehingga tersisa dan menjadi rusak serta berbau. Solusi yang saya lakukan adalah dengan menyedot air dan kotoran dari dasar ember sampai air tinggal 50 % ( Sebagian kutu air juga ikut terbuang ). Kemudian tambah dengan air baru dan biarkan sehari tanpa dikasih makan. Selama beberapa hari pemberian makanan dilakukan 2 hari sekali, Setelah airnya jernih lagi pemberian makan dapat dilakukan kembali setiap hari sekali.

Dengan kultur sendiri yang sederhana ini saya tidak pernah lagi membeli kutu air. Apabila diperlukan, cukup memanennya dari ember kultur.