Ulat Hongkong
Ulat yang satu ini kerap dijadikan salah satu alternatif pakan ikan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 3 cm. Pada awalnya, khususnya di Indonesia, ulat ini dikenal sebagai pakan burung, dan banyak dijumpai di toko-toko atau kios-kios penjual burung. Tapi kemudian banyak hobiis ikan hias memanfaatkannya sebagai pakan ikan hiasnya. Sedangkan di luar negeri ulat hongkong sudah lama dikenal sebagai pakan ikan, pakan reptil, dan pakan amifibi.
Walaupun bernama ulat Hongkong, ulat ini jangan sekali-kali diterjemahkan sebagai "Hongkong Worm", karena bisa saja orang malah akan mengernyitkan dahinya untuk mencoba mengerti apa yang anda maksud dengan “Hongkong Worm”. Mereka telah mempunyai nama “keren” di luar Indonesia sebagai Meal Worm atau Yellow Meal Worm . Ulat Hongkong sebenarnya merupakan larva dari serangga yang bernama latin Tenebrio molitor. Serangga ini merupakan hama pada produk biji-bijian atau serealia.
Dalam urutan taxonomi T molitor mempunyai kedudukan sebagai berikut:
- Kingdom: Animalia
- Phylum: Arthropoda
- Class: Insekta
- Order: Coleoptera
- Suborder: Polyphaga
- Family: Tenebrionidae
- Genus: Tenebrio
- Species: Tenebrio molitor
Serangga T. molitor mempunyai sebaran luas hampir diseluruh permukaan planet bumi ini. Mereka mempunyai panjang tubuh sekitar 13 – 16 mm. Berwana merah kehitaman atau htam. Serangga ini aktif di malam hari , dan sering menyerang karpet, pakaian dan juga tanaman kering. Sedangkan ulatnya memakan biji-bijian, sereal, dan makanan cadangan manusia lainnya..
Mereka biasa ditemukan di closet, atau bahkan dalam lemari, sedangkan ulatnya hidup pada kayu-kayu yang membusuk, di sarang semut atau sarang laron, atau bahkan di daerah berpasir.
Secara ekonomis T molitor mempunyai nilai positif, khususnya, ketika dalam fase larva sebagai ulat hongkong, karena mereka bisa diternakan dan dijadikan komoditi yang diperjualbelikan sebagai sumber makanan ikan, reptil, amfibi dan juga burung. Sedangkan dalam bentuk dewasa,sebagai kumbang, mereka mempunyai nilai negatif karena merusak biji-bijian dan makanan simpanan manusia.
Kandungan nutrisi
Ulat hongkong mempunyai kandungan nutrisi kurang lebih : protein kasar 48 %, lemak kasar 40% , kadar abu 3 % , dan kandungan ekstrak non nitrogen 8%. Sedangkan kadar airnya mencapai 57 %. Beberapa produk kalengan ulat hongkong memberikan datanya sebagai baerikut: protein kasar minimal 17 %, lemak kasar minimal 5 %, serat maskimal 1%, dan kabar abu maksimal 7%. Dengan kandungan nutrisi demikian ulat hongkong tergolong baik sebagai sumber pakan ikan hias. Meskipun demikian beberapa literatur menyebutkan bahwa kandungan lemak pada ulat hongkong sering lebih tinggi dari pada kandungan proteinnya, sehingga pemberian ulat hongkong dapat meyebabkan kegemukan pada binatang yang mengkonsumsinya dengan segala aspek ikutannya.
Satu hal yang mungkin tidak begitu disukai dari ulat hongkong adalah kandungan kitinnya. Kitin merupakan bahan yang tidak bisa dicerna oleh ikan, oleh karena itu sering direkomendasikan agar ulat hongkong diberikan pada saat baru ganti kulit. Satu atau dua hari setelah ganti kulit ulat akan membentuk lapisan kitin sehingga ulat tampak berubah warna menjadi kecoklatan hingga coklat gelap, sebelum akhirnya ganti kulit kembali.
Ulat hongkong dapat pula diberikan setelah dimanipulasi atau di perkaya kandungan gizinya. Sebagai contoh ulat hongkong diberi makan makanan yang mengandung nutrisi tertentu, seperti beta karoten, sebelum diberikan pada ikan. Dengan demikian beta karoten yang terdapat pada ulat hongkong dapat ditransfer pada ikan sebagai media pemicu warna ikan.
Siklus Hidup
Siklus hidup ulat hongkong terdiri dari 4 tahap, yaitu; telur, larva, kepompong dan serangga dewasa. Siklus ini bisa berlangsung antara 3 – 4 bulan. Telur pada umumnya berbentuk seperti kacang dalam bentuk gerombol atau sendiri-sendiri. Ukuran telur ini kurang lebih 1.8 – 1.9 mm dengan diamateter seikitar 1 mm. Telur tersebut biasanya diselimuti oleh suatu bahan cair yang lengket sehingga kerap mereka tertutup oleh bahan-bahan yang menempel pada telur tersebut. Telur akan menetas setelah sekitar 7.
Larva yang baru menetas berukuran sekitar 3 mm dengan berat kurang lebih 0.6 mg. Pada awalnya larva ini berwarna keputihan. Kemudian secara perlahan akan berubah warna menjadi kuning keciklatan. Larva atau ulat hongkong ini akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum akhirnya berubah menjadi kepompong. Pada suhu ruangan normal larva akan tumbuh mencapai ukuran optimalnya setelah 3 – 3.5 bulan. Pada saat itu ulat bisa mencapai panjang sampai dengan 3 cm dan berat rata-rata 150 mg.
Kepompong ulat hongkong tidak bersifat aktif. Mereka tidak makan ataupun bergerak. Meskipun demikian mereka akan memberikan respon berupa gerakan apabila disentuh. Masa kepompong biasanya akan berlangsung selama 7 hari, setelah itu maka keluarlah serangga dewasa. Kepompong ulat hokong tampak transparan sehingga pertumbuhan serangga didalamnya dapat dilihat.
Serangga dewasa pada umumnya akan hidup selama 2 sampai 3 bulan .Selama itu seekor seranga betina bisa memproduksi telur sebanyak 200 – 300 butir